Bung Karno bukan hanyalah pahlwan Nasional, tapi
Juga salah satu tokoh pemikir politik diindonesia. Namun demikian,
bung Karno hanyalah manusia biasa yang juga punya perasaan Cinta.
Salah satu kisah cinta beliau yang paling sering dijadikan sasaran
tembak musuh-musuhnya, adalah banyak beliau beristri. Namun semua itu
ada alasan, kenapa Bung Karno mempunyai Istri-istri yang banyak.
Berikut Istri -istri Beliau :
Siti
Oetari adalah
putri sulung Hadji
Oemar Said Tjokroaminoto,
pemimpin Sarekat
Islam sekaligus
merupakan istri dari Presiden Indonesia pertama Soekarno.
Soekarno menikahi Oetari usianya belum genap 20 tahun. Siti Oetari
sendiri waktu itu berumur 16 tahun. Soekarno menikahi Oetari pada
tahun 1921 di Surabaya.
Sewaktu itu Soekarno menumpang di rumah HOS
Tjokroaminoto ketika
sedang menempuh pendidikan di sekolah lanjutan atas. Beberapa saat
sesudah menikah, Bung Karno meninggalkan Surabaya, pindah
ke Bandunguntuk
melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi di THS (sekarang ITB).
Soekarno kemudian menceraikan Oetari.
Inggit
Garnasih (lahir
di Desa Kamasan,
Kecamatan Banjaran,
Kabupaten Bandung,
Jawa
Barat,
17
Februari 1888–
meninggal di Bandung,
Jawa
Barat,
13 apri 1984
pada
umur 96 tahun adalah istri kedua
Bung Karno.
Mereka menikah pada 24 maret 1923
di
rumah orang tua Inggit di Jalan Javaveem, Bandung.
Pernikahan mereka dikukuhkan dengan Soerat
Keterangan Kawin No. 1138 tertanggal
24
Maret 1923,
bermaterai 15 sen,
dan berbahasa
Sunda.
Sekalipun bercerai tahun 1942,
Inggit tetap menyimpan perasaan terhadap Soekarno, termasuk melayat
saat Soekarno meninggal. Kisah cinta Inggit-Soekarno ditulis menjadi
sebuah roman yang
disusun Ramadhan
KH yang
dicetak ulang beberapa kali sampai sekarang. Beliau terlahir dengan
nama Garnasih saja.
Garnasih merupakan singkatan dari kesatuan kata Hegar
Asih,
dimana Hegar berarti segar menghidupkan dan Asih berarti kasih
sayang. KataInggit yang
kemudian menyertai di depan namanya berasal dari jumlah uang
seringgit. Diceritakan bahwa Garnasih kecil menjadi sosok yang
dikasihi teman-temannya. Begitu pula ketika ia menjadi seorang gadis,
ia adalah gadis tercantik di antara teman-temannya. Diantara mereka
beredar kata-kata, "Mendapatkan senyuman dari Garnasih ibarat
mendapat uang seringgit." Banyak pemuda yang menaruh kasih
padanya. Rasa kasih tersebut diberikan dalam bentuk uang yang
rata-rata jumlahnya seringgit. Itulah awal muda sebutan "Inggit"
yang kemudian menjadi nama depannya.
Fatmawati yang
bernama asli Fatimah (lahir
di Bengkulu,
5 Februari
1923 meninggal
di Kuala
Lumpur, Malaysia, 14
Mei 1980 pada
umur 57 tahun)[1] adalah
istri dari Presiden
Indonesia pertama Soekarno.
Ia menjadi Ibu
Negara Indonesia pertama
dari tahun 1945 hingga
tahun 1967 dan
merupakan istri ke-3 dari Presiden Pertama Indonesia, Soekarno.
Ia juga dikenal akan jasanya dalam menjahit BenderaPusaka Sang
Saka Merah Putih yang
turut dikibarkan
padaupacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta pada
tanggal 17
Agustus 1945.Fatmawati
lahir dari pasangan Hassan Din dan Siti Chadijah.[2] Orang
tuanya merupakan keturunan Puti Indrapura, salah seorang keluarga
raja dari Kesultanan
Indrapura, Pesisir
Selatan, Sumatera
Barat.[3] Ayahnya
merupakan salah seorang tokoh Muhammadiyah di
Bengkulu.Pada tanggal 1 Juni 1943, Fatmawati menikah dengan Soekarno,
yang kelak menjadi presiden pertama Indonesia. Dari pernikahan itu,
ia dikaruniai lima orang putra dan putri, yaitu Guntur
Soekarnoputra, Megawati
Soekarnoputri, Rachmawati
Soekarnoputri, Sukmawati
Soekarnoputri,
dan Guruh
Soekarnoputra.Pada
tahun 14
Mei 1980 ia
meninggal dunia karena serangan jantung ketika dalam perjalanan
pulang umroh dari Mekah yang
lalu dimakamkan di Karet Bivak,
Jakarta.
5.Hartini
Soekarno
Istri
keempat Presiden Soekarno. Lahir di Ponorogo, 20 September 1924 dan
meninggal di Jakarta 12 Maret 2002 dimakamkan di Pemakaman Karet.
Ayahnya Osan, bekerja di Kehutanan dan sering berpindah-pindah kota.
Setamat dari sekolah dasar di Malang, diangkat anak oleh keluarga
Oesman yang tinggal di Bandung. Di kota inilah kemudian masuk
Nijheidschool (Sekolah Kepandaian Putri). Di masa mudanya, ia dikenal
sangat cantik, sehingga di masa sangat belia dinikahkan dengan
Suwondo dan kemudian tinggal di Salatiga. Ia menjadi janda pada usia
28 tahun dengan lima orang anak. Di kota inilah, pada tahun 1952, ia
pertama kali berkenalan dengan Soekarno yang rupanya langsung jatuh
cinta pada pandangan pertama. Saat itu Soekarno, dalam perjalanan
menuju Yogyakarta untuk meresmikan Masjid Syuhada dan mampir makan
siang di kota sejuk itu.
Setahun
kemudian, mereka berdua bertemu kembali, saat peresmian teater
terbuka Ramayana di Candi Prambanan. Melalui seorang teman, Soekarno
mengirimkan sepucuk surat kepada Hartini dengan nama samaran Srihana.
Dua hari setelah Guruh Soekarno Putra lahir, tanggal 15 Januari 1953,
Soekarno meminta izin Fatmawati untuk menikahi Hartini. Fatmawati
mengizinkan, namun kemudian menyebabkannya menuai protes dari
berbagai organisasi wanita yang dimotori Perwari yang anti poligami.
Soekarno dan Hartini akhirnya menikah di Istana Cipanas, 7 Juli 1953.
Untuk beberapa lama ia tinggal di sana, sebelum sekitar 1964 pindah
ke salah satu paviliun di Istana Bogor. Dan sejak itu, mulai secara
terbuka mendampingi acara-acara kenegaraan Soekarno di Istana Bogor,
antara lain menemui Ho Chi Minh, Sihanouk, Akihito dan Michiko.
Di
masa tahun 1950-an, dimana dan nasionalisme dan revolusi sangat kuat
mewarnai citra diri Soekarno, membuat peran Hartini di Istana Bogor
sangat besar dan ia menjadi satu-satunya istri yang paling lama bisa
bertemu dengan Soekarno. Kedekatannya tersebut, membuat "Carte
Blanche Ibu Hartini", tentang suatu proyek sangat berharga.
Janji Soekarno untuk menjadikannya sebagai istri terakhir, yang
dibayarnya dengan pengabdian sebagai istri sepenuh hati kemudian
terbukti dilanggar. Berturut-turut Soekarno, kemudian menikahi Ratna
Sari Dewi (1961), Haryati (Mei 1963) dan Yurike Sanger (Agustus
1964). Namun demikian sejarah mencatat, Hartini telah mengisi paruh
kehidupan Soekarno.
5.Ratna Sari Dewi Soekarno
Ratna
Sari Dewi Soekarno (lahir
dengan nama Naoko Nemoto) di Tokyo, 6
Februari 1940;
umur 72 tahun) adalah istri ke-5 Soekarno yang
merupakan Presiden
Indonesia pertama.
Dewi menikah dengan Soekarno pada tahun 1962 ketika
berumur 19 tahun dan mempunyai anak yaitu Kartika
Sari Dewi Soekarno.
Dewi berkenalan dengan Soekarno lewat seorang relasi ketika Bung
Karno berada di Hotel Imperial, Tokyo. Menjelang redupnya kekuasaan
Soekarno, Dewi meninggalkan Indonesia.
Setelah lebih sepuluh tahun bermukim di Paris, sejak 1983 Dewi
kembali menetap di JakartaSetelah
bercerai dengan Sukarno, Ratna Sari Dewi Soekarno kemudian pindah ke
berbagai negara di Eropa termasuk Swiss, Perancis,
dan Amerika
Serikat.
Pada tahun 2008 ia menetap di Shibuya, Tokyo,
Jepang, di mana dia tinggal di sebuah tempat yang luas dengan empat
lantai dan penuh kenangan. [2]. Ratna
Sari Dewi Soekarno dikenal dengan kepribadiannya yang terus terang.
Beliau sering disebut sebagai Dewi Fujin (デヴィ
夫人 Devi
Fujin, secara harfiah "Ibu Dewi" atau "Madame Dewi").
Nama lengkapnya adalah Ratna Sari Dewi Soekarno (ラトナ
サリ デヴィ スカルノ Ratona
Sari Devi Sukaruno), tapi dia lebih sering disebut sebagai "Madame
Dewi"
memang ada beberapa istri-istri Bung Karno lainnya, namun yang Bisa dikenal hanya 5 orang ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar